Dalam konteks kehidupan berdasarkan prinsip Islam, perkawinan bukan hanya sekedar ikatan antara dua individu, tetapi juga merupakan ikatan suci yang mencakup tiga aspek penting: keutamaan dan kedudukan pernikahan dalam masyarakat, pemilihan pasangan hidup yang didasarkan pada nilai-nilai iman dan akhlak, serta pendidikan dan pengasuhan anak sebagai pendukung kelangsungan generasi yang shalih.

Pada tulisan ini, kita akan menelusuri setiap aspek tersebut untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana setiap unsur terhubung erat dengan prinsip-prinsip Islam, serta aplikasinya dalam kehidupan berkeluarga yang harmonis.



prinsip pernikahan islami

Pentingnya sebuah hubungan pernikahan


Keluarga adalah institusi paling penting dalam masyarakat karena merupakan komponen pembangun dari keseluruhan tatanan masyarakat. Pernikahan yang sehat akan menghasilkan keluarga yang berfungsi dengan baik dan, pada gilirannya, menjadi fondasi yang kokoh bagi masyarakat.

Pernikahan adalah bentuk ibadah dan kesempatan untuk meningkatkan ketaatan seseorang kepada Allah. Dalam kehidupan ini, Allah telah menciptakan pria dan wanita dari satu jiwa dan memuliakan ikatan pernikahan agar keduanya dapat hidup bersama untuk meraih ketenangan hati, saling melengkapi, dan saling membantu dalam beribadah kepada Allah.

Pasangan suami istri harus fokus untuk tumbuh bersama dalam ketaatan dan kecintaan kepada Allah, dan harus menuntut ilmu agama dengan tujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah di dalam hati mereka. Kehidupan dan pilihan hidup mereka harus didasarkan pada ajaran-ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shahih, dan anak-anak mereka harus dibesarkan dalam lingkungan yang seperti itu.

Pertimbangan dalam pernikahan


Seseorang harus memilih pasangan dengan matang, memprioritaskan iman atau keimanan orang tersebut dan bukan status sosial, kekayaan, kebangsaan, kecantikan, dan sebagainya. Anda harus menikah dengan orang yang menjalankan agamanya dengan baik, jika tidak, Anda akan menjadi orang yang merugi. Seseorang juga harus memutuskan untuk menikah dengan komitmen terhadap hubungan tersebut dan mengikuti petunjuk Allah dalam segala hal dan keputusan.

Pernikahan adalah sebuah hubungan yang di dalamnya harus ada rasa cinta, kasih sayang, dan kepedulian di antara pasangan, dan di mana suami bersikap melindungi, mengayomi, dan mengasihi istrinya, dan istri taat dan hormat kepada suaminya.

Hubungan tersebut haruslah bersifat saling menguntungkan, saling mendukung, bekerja sama, dan berkompromi semata karena Allah, sembari menerima perbedaan yang telah Allah ciptakan.

Kedua belah pihak dari pasangan harus fokus untuk merawat dan memenuhi kebutuhan pasangannya. Kebahagiaan pasangan harus selalu ditempatkan di atas kehendak atau kesenangan diri sendiri. Melalui upaya ini, pasangan akan menemukan ketenangan dan keharmonisan dalam kebersamaan satu sama lain.

Intinya, pernikahan membutuhkan empati, komitmen, pengertian, saling memaafkan, dan kerendahan hati.

Pernikahan adalah sebuah nikmat, tetapi juga bisa menjadi ujian dari Allah.


Terkadang, ada pengorbanan yang harus dilakukan dan sikap fleksibilitas serta kompromi. Pasangan harus bersabar terhadap satu sama lain dan menerima kekurangan dan kelemahan masing-masing. Jika salah satu pasangan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Islam, maka kewajiban pasangannya untuk memberikan nasihat yang baik dan membimbingnya kembali kepada kebenaran.

Ketika masalah muncul, pasangan harus mendiskusikan solusi yang terbaik dengan cara yang tepat.  Masing-masing harus bertawakal kepada Allah, berusaha mencapai yang terbaik sesuai dengan tuntunan-Nya, dan bersandar pada bimbingan dan kehendak Allah dalam segala urusan.

Pernikahan dan pengasuhan anak


Salah satu tujuan pernikahan diantaranya adalah untuk memperoleh keturunan yang shalih. Melalui pernikahan kita dapat melestarikan dan mengembangkan bani Adam, sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam surah an-Nahl:72 yang maknanya "Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?". (Sumber: https://almanhaj.or.id/13153-tujuan-pernikahan-dalam-islam-2.html).

 

tujuan pernikahan mendapatkan anak shalih



Anak yang shalih perlu diusahakan oleh orang tua. Ayah dan ibunya mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengasuh dan mendidiknya.

Sehubungan dengan pengasuhan anak, pasangan harus berusaha memperkuat pernikahan mereka demi anak-anak mereka. Jika pernikahan adalah pusat dari keluarga, maka masuk akal jika berbagai upaya dilakukan untuk memperkuat dan memperkaya hubungan ini.

Pasangan harus memahami tanggung jawab dan hak-hak pernikahan mereka dari sudut pandang Islam dan berusaha untuk memenuhinya sebaik mungkin.

Mereka harus memperoleh pengetahuan tentang pendidikan dan pengasuhan anak dari perspektif Islam serta informasi yang berkaitan dengan hal-hal praktis (misalnya, disiplin, perkembangan, dan kesehatan).

Sangat disarankan untuk melakukan diskusi terkait dengan berbagai macam cara penerapan metode disiplin dan menyepakati prosedur yang akan diterapkan. Hal ini akan menghasilkan parenting yang lebih efektif, dapat diandalkan, dan bebas dari konflik.

Penting untuk dipahami bahwa suami dan istri memberikan contoh kehidupan (role model) kepada anak-anak mereka. Pemodelan ini memiliki pengaruh besar pada keyakinan, sikap, dan perilaku anak yang sedang berkembang.

Anak-anak, pada kenyataannya, belajar lebih banyak dengan mengamati orang lain daripada dengan apa yang diberitahukan kepada mereka. Untuk itu, orang tua harus sangat berhati-hati dalam berinteraksi dengan anak-anak mereka.

Penelitian menunjukkan bahwa konflik antara suami dan istri memiliki banyak dampak negatif terhadap anak-anak. Konflik suami istri harus dihindari di depan anak-anak, dan sebagai gantinya, model dialog, kompromi, dan kesabaran harus diberikan. Konsultasi, keadilan, kewajaran, dan ketenangan hati adalah unsur penting untuk unit keluarga yang harmonis. 


Tentang konflik, silakan baca catatan konflik suami istri: dampak dan resolusinya.

Ikhtisar


Sebagai kesimpulan, institusi pernikahan dalam Islam jauh lebih dari sekadar kontrak sosial; ini adalah ikatan suci yang memupuk ketakwaan, stabilitas masyarakat, dan mendidik generasi penerus yang beriman.

Mempertimbangkan nilai-nilai ketakwaan dan akhlak dalam memilih pasangan akan membuka jalan bagi kehidupan yang didedikasikan untuk pengembangan keimanan. Pernikahan yang mulia ini, jika dilandasi dengan ajaran Islam, akan menjadi sarana yang sempurna untuk membesarkan anak-anak yang menjunjung tinggi esensi kebenaran (shalih).

Setiap aspek kehidupan keluarga Muslim, mulai dari hubungan pernikahan hingga tanggung jawab sebagai orang tua, merupakan kesempatan untuk menerapkan ajaran Islam, memperoleh berkah dari Allah, dan berkontribusi pada kesalehan kolektif umat.

Oleh karena itu, merupakan kewajiban bagi pasangan suami istri untuk terus berusaha dalam mewujudkan pernikahan yang tidak hanya diridhai oleh Allah, namun juga bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.

Pada akhirnya, pernikahan dalam Islam adalah sebuah perjalanan pertumbuhan bersama, cinta yang melimpah, dan pembentukan generasi penerus yang berkelanjutan.

0 comments:

Post a Comment