Sebuah catatan dari Kilis, G. (2014). Dinamika konflik suami-istri pada masa awal perkawinan. Psikologika, 19(2), 176. 

konflik rumah tangga: dampak dan penyelesaiannya

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa konflik suami istri pada masa awal perkawinan terjadi pada area berikut:
1. Hubungan dengan keluarga besar
2. Pengelolaan keuangan
3. Pembagian pekerjaan
4. Kebiasaan sehari-hari
5. Ekspresi cinta dan seksual
6. Mengisi aktivitas sosial dan rekreasi
7. Relasi dengan teman

Penyebab terjadinya konflik suami istri adalah:
1. Karakteristik kepribadian
2. Perbedaan prinsip nilai dan cara hidup
3. Kesenjangan antara harapan dan kenyataan
4. Keterampilan komunikasi yang kurang memadai


Lima jenis tipe resolusi konflik:
1. Menghindar
2. Kompetisi
3. Akomodasi
4. Kompromi
5. Kolaborasi
(Scott, 2006; Hocker & Wilmot, 2001)

Konflik suami istri pada masa awal pernikahan


@tokowafeeq

Wajib tahu nih calon suami istri: Konflik suami istri, dampak dan resolusinya #konfliksuamiistri #konflikrumahtangga #belajarditiktok

♬ original sound - Toko Wafeeq - Toko Wafeeq


Masa awal pernikahan sangat berpengaruh terhadap kualitas hubungan suami-istri pada masa selanjutnya (Clinebell, 2005).

Masa awal pernikahan sebagai masa dua setengah tahun pertama yang dipenuhi oleh proses penyesuaian antara suami dan istri yang baru menikah (Duvall dan Miller (1985)).

Dua individu yang unik dan berbeda, membawa latar belakang masing-masing, berusaha saling menyesuaikan diri satu sama lain dalam berbagai area kehidupan. Oleh karena itu konflik merupakan suatu hal yang wajar dalam proses menyesuaikan diri tersebut.

Konflik adalah pertentangan yang diekspresikan baik secara verbal maupun non verbal.

Konflik bukanlah suatu hal yang selalu negatif, melainkan dapat memberikan hasil positif, tergantung dari bagaimana resolusi konflik itu sendiri.

Jika suami istri memiliki resolusi konflik yang efektif, maka mereka akan mendapat dampak positif, salah satunya peningkatan kualitas hubungan suami-istri (Davidson & Moore, 1996).

Myers (2013) menyatakan bahwa adanya konflik tidak selalu harus diartikan hilangnya cinta antara pasangan, namun dapat berarti sebaliknya, yaitu menunjukkan adanya saling kepedulian antara pasangan yang selanjutnya menandakan keterikatan antara suami istri.

Dalam fase penyesuaian, individu belajar saling mengakomodasi kebutuhan, ekspektasi, dan harapan pasangannya (Lasswel, 1987).

Penyesuaian diri pasangan suami-istri meliputi area:
1. Pengelolaan keuangan yang melibatkan nilai atau prinsip masing-masing pihak.
2. Hubungan dengan keluarga besar, contoh: mertua, ipar, dan lainnya.
3. Ekspresi cinta dan kehidupan seksual.
4. Aktivitas sosial dan rekreasi.
5. Relasi dengan teman-teman.
6. Kehidupan agama dan spiritual, contohnya: cara pandang, metode, dan penerapan beragama masing-masing pihak.
7. Cara mengasuh dan mendisiplinkan anak.
(Landis, 1970; Feldman, 1989).

 penyesuaian dan adaptasi masing-masing pasangan suami istri


Hal yang sering menimbulkan konflik suami istri:
1. Komunikasi
2. Tugas-tugas rumah tangga
3. Pekerjaan
4. Kurangnya waktu, perhatian, dan afeksi
5. Kebiasaan personal, seperti cara mengambil baju di lemari, kebiasaan sebelum tidur, dan lainnya).
(Davidson dan Moore, 1996)

Beberapa penyebab utama konflik suami istri:
1. Tingkah laku yang tidak diinginkan
2. Kesenjangan antara harapan peran dan performa
3. Keberagaman nilai
4. Ketidakseimbangan dependensi dan independensi (contoh: pilihan karir, pilihan teman, merasa kurangnya privasi, dan lainnya)
5. Kualitas komunikasi
(Davidson dan Moore, 1996)

 

 Dampak konflik suami istri


Dampak positif dari penyelesaian konflik secara efektif bagi pasangan suami istri:
1. Meningkatkan keterampilan problem solving
2. Meningkatkan keterampilan komunikasi
3. Meningkatkan derajat pengenalan dan pengertian di antara kedua pasangan
4. Meningkatkan rasa percaya satu sama lain
5. Meningkatkan kemampuan adaptasi dan penyesuaian diri
6. Meningkatkan kepuasan dan kebahagiaan perkawinan

Dampak Negatif dari konflik suami istri yang resolusi konfliknya tidak efektif:
1. Meningkatnya interpersonal distress
2. Menurunnya rasa keberhargaan diri
3. Menurunnya kualitas hubungan positif dengan orang lain
4. Menurunnya orientasi dan kebermaknaan hidup
5. Menurunkan kualitas pernikahan
6. Menaikkan ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan perkawinan
7. Dapat menyebabkan terjadinya perceraian

Tipe Resolusi Konflik:

1. Menghindar
Ciri-ciri:
a. Tidak asertif dan pasif
b. Penyangkalan adanya konflik
c. Berdalih
d. Mengubah dan menghindari topik

2. Kompetisi
Ciri-ciri:
a. Agresif dan mengejar kepentingan pribadi semata
b. Konflik dipandang sebagai arena pertempuran dimana tujuan utama adalah meraih kemenangan
c. Mendapatkan kemenangan dengan konfrontasi secara langsung
d. Memenangkan argumentasi tanpa melakukan adaptasi terhadap keinginan pihak lain.

3. Kompromi
Ciri-ciri:
a. Gaya tengah: menghasilkan keuntungan dan kerugian untuk masing-masing pihak
b. Asertif dan kooperatif dalam tingkat sedang
c. "jual-beli" beberapa tujuan penting
d. Kolaborasi dalam tingkat yang sedang

4. Akomodasi
Ciri-ciri:
a. Mengutamakan kooperatif dibanding asertif
b. Tidak berusaha mencapai kepentingan pribadinya, memilih kooperatif demi terciptanya suasana harmonis
c. Mengesampingkan kepentingannya dalam rangka menyenangkan orang lain

5. Kolaborasi
Ciri-ciri:
a. Tipe paling konstruktif diantara tipe resolusi lainnya
b. Tingginya tingkat kepedulian terhadap diri sendiri dan orang lain
c. Berusaha mencari win-win solution
d. Pengenalan dan pemahaman yang mendalam terhadap masalah
e. Mempunyai keterampilan komunikasi tingkat tinggi
(Thomas dan Kilmann (Scott, 2006)

0 comments:

Post a Comment